Nyobain Kuliner Makassar Saat Dinas Singkat: Pallubasa, Es Pisang Ijo, dll – Makassar merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan, sekaligus kota terbesar di Indonesia Timur, dimana hampir semua perjalanan ke Indonesia Timur pasti transit disini. Perjalanan ke Makassar ini dilakukan mulai hari Selasa tanggal 27 Oktober 2020 karena ada pekerjaan yang harus dilakukan di sana. Pagi hari saya sudah berangkat dari rumah ke Bandara Soekarno Hatta dengan diantar teman menggunakan mobil. Untuk bepergian menggunakan pesawat di masa pandemi ini membawa surat keterangan Rapid Test non reaktif dengan masa aktif 14 hari merupakan kewajiban. Kebetulan sekitar 13 hari sebelum keberangkatan saya pernah rapid test di sebuah klinik waktu kontrol gigi, jadi pas dibelikan tiket yang mendadak ini saya tidak terlalu panik untuk harus mencari tempat rapid test.
Sekitar pukul 06.20 pesawat Batik Air yang saya tumpangi sudah berangkat sesuai jadwal menuju Makassar. Perjalanan selama di pesawat kurang lebih sekitar 2 jam 30 menit. Sekitar jam 09:50 pesawat sudah mendarat di Bandara Sultan Hassanudin.
Keluar dari bandara saya langsung memesan taxi untuk segera ke Balaikota mengurus ijin kerja. Setelah menunggu beberapa saat ijin pun keluar dan saya lanjut jalan kaki ke Mall MTC Karebosi untuk membeli peralatan yang nanti di install. Saat jalan kaki ketika di depan Lapangan Karebosi saya berhenti sejenak untuk mengabadikan salah satu landmark Kota Makassar ini.
Selesai dari MTC saat nya untuk cari makan siang sekaligus nyobain kuliner Makassar. Kali ini saya menuju ke Konro Karebosi. Menu yang saya pesan disini adalah Konro Bakar. Konro Bakar adalah makanan khas setempat berupa iga bakar yang ditaburi bumbu kacang seperti sate, dan saat pembakarannya sesekali diolesi dengan kuah sop yang kaya rempah. Dalam penyajiannya sendiri selain 1 porsi konro bakar yang diletakan di piring, masih ditambah juga dengan kuah sop konro di mangkok yang berbeda. Saatnya menikmati makanan mantap ini. Menurut saya rasanya enak, daging nya empuk, bumbu kacangnya juga terasa dan meresap ke daging, di tambah lagi sedapnya kuah sop menambah kenikmatan makanan. 1 porsi konro bakar ini dihargai 69 ribu. Cukup mahal tapi menurut saya masih wajar karena memang isiannya full daging dengan porsi yang besar.
Selesai makan siang saya lanjut ke Sudiang kemudian lanjut ke Kima menyelesaikan pekerjaan. Skip-skip, langsung ke makan malam setelah menyelesaikan pekerjaan. Berhubung saat itu saya berada di sekitaran Kima dan pengen nyobain kuliner Makassar yaitu Mie Titi, akhirnya saya memilih untuk makan malam di Mie Titi Daya. Ciri khas mie titi ini adalah mie nya yang teksturnya keras seperti kalo di Jawa mie biting, yang disiram dengan kuah bening yang kental. Topingannya adalah daging ayam dan sayuran. 1 porsi mie titi + minuman dihargai 36 ribu. Menurut saya sih rasanya enak dengan porsi yang lumayan besar dan menenyangkan. Selesai makan saya langsung menuju hotel Arbor Biz yang terletak di seberang tempat makan, untuk selanjutnya istirahat.
Hari kedua ini sebenarnya pekerjaan sudah diselesaikan tapi ternyata ada tambahan tetap harus standby di Makassar untuk menunggu perangkat yang dikirim dari Jakarta untuk nanti dibawa & dipasang di Manado. Pagi-pagi jam 7 saya sudah cek out hotel untuk menuju kota jalan-jalan sebentar sambil menunggu kabar kiriman barang. Dengan naik gojek saya menuju pantai Losari. Pantai ini berada di sebelah barat kota Ujung Pandang yang dibangun dari reklamasi, dan wilayah reklamasi itu semakin bertambah besar yang terlihat juga di sekitaran Pantai. Hal yang disajikan disini tentu pemandangan air laut. Selain itu ada banyak landmark2 tulisan City Of Makassar, Bugis, dll di sekitaran pantai yang bisa dijadikan tempat bagi anda yang suka selfie. Ada juga beberapa patung-patung kebudayaan bugis yang menambah cantik suasana pantai. Selain itu dari sini juga bisa melihat menara BPJS yang bentuknya unik dan dibangun di tengah pantai reklamasi. Terletak masih 1 kompleks dengan pantai, berdiri juga Masjid Apung Al Mukimin yang menjadi kebanggaan warga sekitar, dengan bangunannya yang berdiri mengapung di atas laut.
Suasana Pantai Losari
Selesai menikmati pemandangan pantai Losari saatnya mulai jadi gelandangan lagi 😀 . Saya berjalan saja menyusuri kota Makassar. Satu hal yang menarik adalah patung Gong raksasa yang berada di depan kantor Polres Makassar.
Tujuan saya sebenarnya adalah ke Fort Rotterdam. Fort Rortterdam ini adalah benteng peninggalan sejarah kerajaan Gowa-Tallo yang dibangun sekitar tahun 1545. Ini benteng buatan kerajaan Gowa-Tallo kenapa kok namanya jadi Fort Rotterdam? Menurut info yang saya baca2 karena benteng ini termasuk dalam salah satu pasal perjanjian Kerajan Gowa-Tallo dengan Hindia Belanda untuk di serahkan kepada pihak Belanda, dan akhirnya oleh Cornelis Speelman dipilihlah nama Fort Rotterdam. Di masa pendudukan Belanda benteng ini digunakan untuk menyimpan rempah-rempah. Oh iya pas saya kesini benteng ternyata tutup untuk umum, mungkin karena masa pandemi ya, tapi biar blog ini gak kosong, saya kasih foto lama sekitar tahun 2013 saat saya juga sebelumnya pernah mampir kesini 😀 .
Suasana Benteng Fort Roterdam (Arsip Foto Lama Sekitar Tahun 2013)
Setelahnya saya kembali lanjut jalan kaki menyusuri kota. Satu yang menarik perhatian adalah Tugu Mandala Pembebasan Irian Barat yang berdiri gagah di jalan Jenderal Sudirman. Sekilas tentang Tugu Mandala Pembebasan Irian Barat, monumen ini dibangun dari 11 Januari 1994 sampai bisa digunakan dan di resmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 Desember 1995. Kenapa monumen ini dibangun di Makassar? Karena pada saat operasi pembebasan ini dilakukan Makassar lah yang dipilih sebagai markas pasukan Indonesia, sehingga semua pergerakan untuk operasi militer tersebut dimulai dari kota ini. Meski Indonesia sudah merdeka sejak 1945, namun saat itu Irian Barat masih dikuasai Belanda, dan akhirnya setelah 20 tahun pasca kemerdekaan barulah Irian Barat menjadi bagian dari ibu pertiwi. Untuk mengenang jasa pahlawan dalam operasi pembebasan tersebut maka dibangunlah monumen ini.
Setelah mulai capek jalan-jalan saatnya cari sarapan sambil nyobain kuliner Makassar. Pas lagi itu juga dapat kabar barang kiriman bisa sampai di bandara Hassanudin sekitar jam 10an. Sarapan kali ini saya ingin mencoba Pallubasa. Kalo menurut mbah gugel Pallubasa paling terkenal disini adalah Pallubasa Serigala tapi pas saya cek kok bukanya baru jam 10, karena harus segera ke bandara saya mencoba ke tempat lain yaitu Pallubasa Onta. Pallubasa ini berisi daging dan jeroan sapi yang diiris kecil2 yang disajikan dengan kuah di dalam mangkok kecil. Sekilas memang mirip dengan coto namun rasa dan bumbunya berbeda, dan satu lagi yang membedakan adalah di pallubasa ini juga dilengkapi dengan tambahan serundeng kelapa dan kalo coto pasangannya lontong, maka pallubasa ini pasangannya adalah nasi. Anda juga bisa minta tambahan telor setengah matang yang dicampur dalam kuah, tapi karena saya tidak suka telor yang kurang matang akhirnya saya tidak meminta itu ke penjual. 1 porsi pallubasa dihargai 35 ribu.
Selesai sarapan saya bergegas menuju terminal kargo bandara untuk cek, tarnyata sampai sana meski sudah jam 10:30 belum ada kabar barang kiriman sampai. Sambil menunggu saya masuk bandara untuk melakukan rapid test, karena rapid test saya yang kemarin sudah berakhir masa berlakunya. Rapid test di bandara ini murah lho cuma 85 ribu aja, kemaren pas di klinik Jakarta 150 ribu malah lebih mahal.
Sudah jam 12 lebih saya samperin lagi ke kargo masih belum ada kabar dan pas dikasih nomor tracking oleh teman ternyata barang yang infonya diangkut pesawat jam 5, baru diangkut di jadwal penerbangan jam 10, perkiraan sampe jam 14.30 sore, capek deh 🙁 . Akhirnya saya memutuskan keluar bandara sebentar untuk mencuci mulut. Akhirnya saya menuju ke RM Kota Daeng yang berada di Sudiang tak jauh dari bandara, lokasinya sih persis di seberang tempat saya kerja kemarin 😀 . Di sini saya memesan es pisang ijo, yang juga merupakan salah satu dessert khas Makassar. Bahan utamanya sih pisang yang diselimuti adonan berwarna hijau, kalo di Jawa biasa disebut Nogosari, dan disajikan dengan es serut, bubur sumsum, susu, dan sirup. Sangat menyegarkan tenggorokan yang haus dan hati yang bete karena menunggu belum ada kejelasan. Karena sambil nongkrong buka laptop untuk cek kerjaan remote saya juga sambil memesan kentang goreng yang ternyata porsinya banyak sekali sepring penuh (pantesan agak mahal 😀 ). Seporsi es pisang ijo & kentang goreng habis 40 ribu, kalo es pisang ijonya aja sepertinya cuma habis sekitar 15 ribuan.
Jam 3 sore saya balik bandara untuk cek ke kargo, dan lagi2 belum ada hasil, infonya butuh waktu loading sekitar 1-3 jam an, weleh2 sudah pake paket paling ekspres kok lama banget ya, padahal harusnya kan keluarin dari bagasi pesawat kirim ke kargo, tapi mungkin memang prosedurnya memang panjang begitu ya saya kurang tau. Akhirnya luntang-lantung di bandara dan sempat tidur di halaman masjid, dan baru jam 6 sore barang bisa diambil. Karena sudah kesorean maka keberangkatan ke Manado baru dicarikan tiket di besok pagi. Saya melanjutkan perjalanan untuk cari makan malam sambil nyobain kuliner Makassar di dekat-dekat hotel saja yang juga tidak jauh dari bandara. Setelah buka mbah gugel, tempat yang jual menu khas Makassar & paling banyak review nya di dekat-dekat situ adalah Sop Saudara Cabang 65 Andalas. Sop saudara adalah salah satu hidangan khas Sulawesi Selatan, berupa sup daging & jeroan sapi yang juga dilengkapi bihun dan kentang, dengan kuah yang mengandung rempah-rempah. Untuk rasanya sih cukup enak menurut saya, bumbu2 kuahnya berasa. 1 porsi sop saudara disini dihargai 35 ribu. Warung ini juga lumayan ramai karena lokasinya yang juga dijadikan tempat mangkal bus tujuan luar kota seperti ke Maros & daerah2 lain.
Selesai makan saya jalan kaki menuju ke Toko Daeng yang lokasinya tepat di perempatan simpang underpass Mandai, yang juga jalan masuk ke bandara. Di sini saya membeli oleh-oleh jajanan Makassar: kacang disko, baruasa, dan kerupuk bawang ayam (Akhirnya gak jadi oleh-oleh karena habis dimakan sendiri saat di Manado). Setelahnya baru jalan kaki lagi ke hotel yang juga tidak jauh dari bandara untuk menginap dan siap-siap besok pagi ke bandara lagi untuk lanjut terbang ke Manado.
Pagi2 jam 5:30 saya sudah cekout hotel untuk menuju bandara. Sebelum ke bandara mampir isi perut dulu di Hidangan Anging Mamiri untuk menyantap coto Makassar. Karena kurang lengkap kalau ke Makassar tapi tidak menyantap coto, makanan khas daerah yang hampir selalu ada di setiap sudut kota. Semangkuk coto kurang lengkap kalau tidak disantap pakai lontong. Harga coto + lontong disini murah sekali, 1 porsi hanya 11 ribu saja, cocok nih kalo buat traveller kere seperti saya mampir lagi kalo pas pergi dengan biaya sendiri.
Selesai sarapan saya menuju bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Manado dengan penerbangan maskapai Lion Air. Cukup puas 2 hari di Makassar meski minim jalan-jalan tapi masih bisa menikmati beberapa kuliner khas kota ini. Nanti kalo ada kesempatan mampir lagi, saya ingin mencoba beberapa kuliner yang belum sempat dimakan kemarin, yaitu songkolo & kapurung.
Untuk itinerary tidak ada karena jadwal fleksibel dengan prioritas menyelesaikan pekerjaan dulu. Dan untuk perkiraan biaya saya hanya bisa share biaya makannya saja ya, kurang lebih seperti ini:
Makan siang di Konro Karebosi: menu paket konro bakar | 69.000 |
Makan malam di Mie Titi Daya: menu mie titi ayam | 36.000 |
Sarapan di Pallubasa Onta: menu pallubasa + nasi | 35.000 |
Nyemil siang di RM Kota Daeng: menu es pisang ijo + kentang goreng | 41.000 |
Makan malam di Sop Saudara Cabang Andalas 65: menu sop saudara | 35.000 |
Sarapan di Hidangan Anging Mammiri: menu coto + lontong | 11.000 |
Total: | 227.000 |
Setelah membaca tulisan Nyobain Kuliner Makassar Saat Dinas Singkat: Pallubasa, Es Pisang Ijo, dll , semoga pembaca bisa mendapatkan informasi mengenai beberapa kuliner di Makassar & juga tempat-tempat terdekat untuk menikmati kuliner tersebut.
1 thought on “Nyobain Kuliner Makassar Saat Dinas Singkat: Pallubasa, Es Pisang Ijo, dll”